PERAN GENERASI
MUDA PAPUA DALAM PELESTARIAN BAHASA DAERAH*)
Ronny Sanderson
Sokoy**)
Selain
budaya, bahasa daerah bisa dikatakan sebagai identitas kita. Orang akan tahu
dari mana suku atau asal kita dari bahasa yang kita tuturkan. Jika bahasa daerah
kita punah, secara otomatis kita kehilangan jati diri kita. Oleh sebab itu, saya
ingin mengajak generasi muda Papua, mari kita berperan aktif dalam pelestariaan
bahasa daerah! Mari mendukung program Revitalisasi Bahasa Daerah Papua Tahun
2022 yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi Papua. Pelestarian bahasa
daerah di kalangan generasi muda sangat penting. Untuk itu, sangat diharapkan
keterlibatan kita, khususnya anak muda Papua untuk ikut mendukung program Revitalisasi
Bahasa Daerah Papua.
Bahasa
sudah menjadi ciri khas suku bangsa, khususnya di Papua karena memiliki banyak
suku dan pulau, adat istiadat dan sebagainya. Tanpa disadari, banyak sekali bahasa
daerah di Papua yang dituturkan oleh berbagai macam suku yang ada. Balai Bahasa
Provinsi Papua mencatat bahwa terdapat 428 bahasa daerah di tanah Papua. Bahasa
daerah harus dilestarikan oleh setiap penuturnya. Siapa penutur nya ? penutur
nya adalah mereka orang asli papua yang memiliki marga, yang memiliki suku,
yang tinggal di pesisir pantai, di pegunungan, di lembah, dan di danau,
merekalah penutur nya.
Saya
adalah anak suku Sentani, setidaknya saya harus bisa berbahasa sentani, tidak
dituntut langsung fasih, tetapi jika kita ingin lebih fasih lagi, kita bisa
terus belajar, belajar, dan belajar. Tempat paling nyaman untuk kita melatih
diri kita agar lebih fasih dan percaya diri ketika berbahasa daerah adalah di
tengah-tengah keluarga. Karena di dalam keluarga kita sangat terbantu apalagi
jika kita ingin mendalami apa yang sudah menjadi kewajiban kita, saya yakin
bahwa keluarga kita khusus nya orang tua kita akan mendukung penuh jika kita
mau belajar sekaligus melestarikan Bahasa “sebagai anak anak asli papua harus
dong bisa berbahasa daerah” hanya lewat Bahasa orang akan tau dari mana kita
berasal. “Ronny, rene foi, makese” (Ronny, selamat pagi Mau kemana?) kita
berbicara demikian orang akan tau, oh dia anak sentani,
Namun
dalam beberapa tahun mendatang beberapa Bahasa daerah di papua terancam akan
punah. Kepunahan ini juga karena ada beberapa faktor dimana orang tua tidak
lagi mengajarkan Bahasa daerah kepada anaknya, pernikahan dengan suku lain, dan
pengaruh budaya luar yang mungkin juga menjadi pemicu anak-anak muda malu untuk
menggunakan Bahasa itu sendiri, bahkan banyak yang gengsi juga untuk belajar dan menggunakan Bahasa daerah
nya sendiri.
Zaman
yang semakin canggih dan pengaruh budaya luar yang masuk di Indonesia sekarang,
membuat anak-anak, khususnya anak muda, merasa bahwa bahasa daerah sudah tidak
penting lagi. Mereka mengatakan bahwa saya mau belajar bahasa Korea, bahasa Jepang,
bahasa Ibrani, Bahasa inggris, dan lain sebagainya. Boleh saja kita mempelajari
banyak bahasa, tetapi satu yang perlu kita ingat bahwa bahasa daerah adalah
jati diri kita.dan harus Kembali diri kita masing-masing dengan suku, dan
budaya yang kita miliki kita perlu bersyukur kepada Tuhan karena dengan tanah
papua bisa kaya akan suku, budaya, dan Bahasa.
Saya
sedikit berbagi cerita bahwa saya pernah bertanya kepada teman saya yang
berasal dari Jayapura. Saya bertanya kepadanya, apa yang membuat kamu tidak
suka dan malu untuk berbicara dengan bahasamu?
Dia
menjawab, “Ketika saya berbicara menggunakan bahasa daerah, saya akan terlihat
kampungan di depan teman-teman saya, hal ini yang membuat saya malu untuk
melestarikan bahasa daerah saya sendiri.”
Nah,
stigma seperti ini yang harus kita luruskan. Kita harus bangga ketika kita
berbicara menggunakan bahasa daerah kita. Jangan sampai kita salah gunakan bahasa
daerah itu sendiri, ada saat-saatnya untuk kita menggunakannya. Dari jawaban
yang diucapkan teman saya, saya bisa menarik sedikit kesimpulan bahwa hal ini
yang banyak terjadi di kalangan anak muda. Ungkapan “saya malu”, “saya tidak
percaya diri”, ada saatnya kita berbicara dengan menggunakan bahasa daerah kita.
Jadi tidak perlu takut, tidak perlu malu, dan harus percaya diri.
Bagaimana
melestarikan bahasa daerah itu sendiri? Ada banyak aspek, seperti yang sudah
perna di laksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi papua mengenai sosialisasi
penggunaan Bahasa daerah yang ada di Papua, dan masih banyak kegiatan kegiatan
berkaitan dengan sastra daerah yang sudah di buat oleh Balai Bahasa Provinsi
Papua
Dan
satu hal yang paling penting dan bisa di katakana lebih mudah yaitu dalam berkomunikasi, karena Bahasa itu harus
di ungkapkan, harus di komunikasikan dan cara paling cepat untuk kitab isa
fasih berbahasa khusus nya Bahasa daerah kita masing-masing adalah bersama
keluarga, karena di situlah kita bisa banyak melatih diri kita untuk
berkomunikasi menggunakan Bahasa daerah kita. Tidak harus langsung fasih, tahap
demi tahap pasti kitab isa dari keluarga kita mungkin bisa sering menggunakan bahasa
daerah agar Bahasa itu terus dilestarikan, dari orang tua kepada kita anak-anak
dan sebagai anak muda Papua juga kita harus turut terlibat dalam upacara adat
yang di lakukan baik di dalam keluarga, dan kampung jika hal ini bisa menjadi
perhatian anak muda sekarang, saya yakin bahwa dengan kita cinta akan budaya
kita, pasti kita akan cinta dengan Bahasa daerah kita. Oleh karena itu, banyak
pelajaran yang kita dapatkan mengenai suku, budaya, dan yang lebih penting
adalah bahasa. Sebagai kesimpulan, saya mengajak seluruh masyarakat Papua. Pace,
Mace, Kaka, Ade, mari tong sama-sama lestarikan tong pu bahasa
daerah! Kalau bukan tong,
siapa
lagi dan kalau bukan sekarang, kapan lagi? Semua itu dimulai dari tong pu
diri sendiri.
*) Jakarta, 19 Oktober 2022. Mari kita dukung program
Revitalisasi Bahasa Daerah di Papua!
**) Duta Bahasa Papua Favorit Tahun 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar